STUDI ETNOBIOLOGI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU SUKU THYMELAEACEAE DI DAERAH TARAKAN

Fadhlan Muchlas Abrori

Abstract


Suku Thymelaeaceae atau yang lebih dikenal dengan pohon penghasil gaharu merupakan salah satu komoditi kehutanan yang memegang peranan penting baik dalam aspek herbal, komoditi eksport, dan lain-lain. Masyarakat di daerah Tarakan memiliki beberapa pengetahuan tersendiri dalam pemanfaatan tumbuhan penghasil gaharu, missal sebagai obat herbal, dupa, minyak, dan lain-lain. Kayanya pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan gaharu perlu dikaji berdasarkan studi etnobiologi. Penelitian ini dilakukan di Tarakan di daerah Juata Laut dan Pantai Amal. Hasil penelitian terkait identifikasi jenis-jenis gaharu di Tarakan ditemukan sekitar 5 jenis (spesies). Pemanfaatan gaharu cukup beragam seperti: bahan baku parfum, dupa, teh herbal, kerajinan tangan dan obat herbal. Berdasarkan uji perbandingan pengetahuan terkait jenis gaharu antara 2 daerah didapatkan hasil tidak ada perbedaan pengetahuan antar responden di 2 daerah. Data hubungan sosial pada sosiogram di daerah Juata laut didapatkan data yang sangat kompleks. Beberapa responden pada umumnya memiliki 3 – 4 hubungan umumnya setiap responden memiliki hubungan dengan beberapa responden lain, akan tetapi hubungan terdekat mereka sangat jarang dengan responden yang mereka rekomendasikan. Hubungan sosial pada sosiagram di daerah Pantai Amal lebih sederhana dan umumnya setiap responden terhubung dengan responden selanjutnya yang merupakan responden yang direkomendasikan. Setiap responden juga terhubung dengan 3 – 4 hubungan dengan responden lain.


Keywords


Thymelaeaceae; Gaharu; Etnobiologi; Tarakan

Full Text:

PDF

References


Abrori, F.M. (2017) Study of folk taxonomy herb and spice plant in Guluk-Guluk Sumenep Madura as booklet for society. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia 3 (1) : 55-63

Garibay-Orijel, R., Caballero, J., dan Estrada-Torres, A. (2007) Understanding cultural significance, the edible mushrooms case. J Ethnobiol Ethnomed. 3(1):4. doi:10.1186/1746-4269-3-4.

Pieroni, A. (2001). Evaluation of the cultural significance of wild food botanicals traditionally consumed in Northwestern Tuscany, Italy. J Ethnobiol. 21(1):89–104.

Pribadi, D.O. (2009). Studi Pola Spasial Persebaran Gaharu (Aquilaria spp.) dan Keterkaitannya dengan Kondisi Habitat. Buletin Kebun Raya Indonesia 12 (1) : 28-35

Soehartono, T.R. (1999). Status and distribution of Aquilaria spp. in Indonesia, and the sustainability of the gaharu trade. Tesis. Tidak dipublikasikan. Institute of Ecology and Resource Management The University of Edinburgh

Soepadmo, E., Latif, A., Kiew, R., Lee, H.S., Saw, L.G., dan Chung, R.C.K. (2002). Tree Flora of Sabah And Sarawak Volume Four. Forest Research Institute Malaysia, Sabah Forestry Department Malaysia and Sarawak Forestry Department Malaysia

Suharti, Mukarlina, dan Gusmalawati, D. (2017). Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Protobiont 6 (2) : 38 – 44

Surata, K.I. dan Soenarno. (2011). Penanaman Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke) dengan Sistem Tumpangsari di Rarung, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kupang. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8(4) : 349-361.

Thusteven, S.N. (2014) Budidaya Pohon Penghasil Gaharu (Aquilaria malaccensis) Di Kenagarian Pilubang, Kecamatan harau, Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Nasional Ecopedon 1 (1) : 1-4

WWF Indonesia (2015). Spesies (online). https://www.wwf.or.id/. Diakses tanggal 5 April 2018




DOI: https://doi.org/10.35334/borneo_saintek.v1i2.912

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Jurnal Borneo Saintek

slot dana

PODOMORO138 SEDAYU138 JALURDEWA MERAHBET